Sabtu, 05 Januari 2013

Love and Jealous (Oneshoot

ni bukan FF buatan saya , tpi saya cuma men-copaz jadi tolong jangan ngatain saya plagitor oke ^^
cekidot !!

yeyeon3
Title: Love and Jealous
Author: Shin Min Rin/Lin (@L16296)
Genre: Romance, Fluff(maybe?),
Length: Oneshoot
Rated: T
Main Cast:
  •  Park Jiyeon (T-Ara)                          as   Jiyeon
  • Kim Jongwon/Yesung (SuJu)     as  Yesung
Other Cast: Yuri (SNSD) & Kyuhyun (SuJu)
Disclaimer: The plot and ideas are mine, of course the ideas from God ^^. The Cast belong to themselves. Don’t claim this ff as yours although this ff not too good with mainstream(?) idea.
WARNING! TYPO(s), GAJEness, OOT, OOC & etc….
DON’T LIKE??? DON’T READ!!!
~Happy reading~
-
Mereka baru saja menaiki wahana  yang membuat Yesung mampu ingin memuntahkan isi perutnya. Yesung terduduk lemah di salah satu bangku yang memang tersedia di taman bermain ini. Wajahnya sangat pucat. Rasanya ia ingin benar-benar muntah sekarang.
Jiyeon mendatangi Yesung dengan berlari sambil membawa sebotol air mineral dan satu kantong plastik di tangannya. Kemudian dia menyerahkan sebotol minuman itu seraya duduk di sampingnya. Yesung menerimanya dengan tangan yang bergetar.
“Oppa, kenapa tidak bilang kalau tidak bisa naik roller coaster, kalau tau begitu lebih baik kita naik yang lain saja.” Jiyeon berkata sambil menatap Yesung yang sedang meneguk minuman itu. Tampak Jiyeon sangat khawatir dan merasa bersalah melihat keadaan Yesung yang seperti itu. Yesung selesai meneguk minumannya lalu menoleh ke arah Jiyeon dengan memaksakan tersenyum walau raut wajahnya tampak sangat pucat.
“Tidak apa-apa, lagian kan kau juga yang mengajak. Kalau ku tolak kau pasti akan marah-marah tidak jelas.” Ucap Yesung lalu meletakkan botol minuman itu ke sampingnya.
“Tadi aku beli minyak angin. Di pakai ya Oppa.” Jiyeon menyerahkan minyak angin itu kepada Yesung. Yesung menatap minyak angin itu kemudian menatap Jiyeon.
“Kau tidak berniat untuk membantu namjachingu mu ini untuk memakaikan minyak anginnya?”
“Oppa kan bisa sendiri.”
“Kau ini selalu saja begitu. Aku namjachingu mu atau bukan sih?” Yesung meraih minyak angin itu dari tangan Jiyeon dengan cepat sambil memasang ekspresi cemberut yang di buat-buat olehnya.
Jiyeon merasa bersalah juga sebenarnya, karena sudah lama mereka menjalin hubungan tetapi sikap Jiyeon masih saja seperti ini. Ia melihat Yesung yang membuka kotak bungkusan minyak angin itu. Yesung membuka tutupnya perlahan, tetapi tangannya licin dan menjatuhkan botol minyak itu.
Jiyeon menghela nafas saat Yesung tersenyum kikuk memandang Jiyeon.
“Arasseo, akan ku bantu.”
Jiyeon mengambil botol minyak itu lalu menuangkannya sedikit ke telapak tangannya. Kemudian ia menggosokkan minyak itu ke kening serta tengkuk Yesung. Jantung Jiyeon tampak terasa berdetak melebihi batas normal saat ia mengoleskan minyak itu di pelipis Yesung seraya menggosoknya. Tatapan matanya bertemu dengan Yesung. Yesung menatapnya sambil tersenyum tipis.
Terhitung setahun lebih mereka menjalin hubungan tetapi hubungan mereka tidak mesra seperti kebanyakan pasangan lainnya. Yah, biasa-biasa saja. Wajar saja, karena Jiyeon baru saja mulai mencintai Yesung di bulan ke enam hubungan mereka. Awalnya Jiyeon menerima Yesung hanya karena merasa tertarik, rasa suka itu belum muncul tetapi lambat laun perasaan itu akhirnya muncul juga.
Dan ini kencan mereka yang ke lima. Aneh bukan? Hubungan mereka sudah lama tetapi baru berkencan 5 kali. Yesung sibuk bekerja  di kantornya dan begitu pula Jiyeon yang sibuk kuliah. Mereka sama-sama sibuk jadi untuk mencari waktu kosong untuk mereka berdua saja itu susah. Pertemuan mereka yang pertama itu saja di dalam suatu perkenalan yang di kenalkan oleh teman mereka masing-masing.
“Kau sangat manis kalau bersikap begini,” Yesung tersenyum lembut masih menatap Jiyeon yang juga menatapnya. Jiyeon masih menempelkan tangannya di pelipis Yesung. Dengan cepat Jiyeon melepaskan tangannya lalu berdehem kecil. Yesung tertawa. Jiyeon menatap Yesung malu-malu di sela-sela ia menolehkan pandangannya ke arah lain. Yesung masih saja tertawa.
“Hahahaha….. Kau malu ya?? Lihat wajah mu merona.” Jiyeon memegang pipinya. Memang terasa panas.
“Sudah tidak pusing lagi kan, ayo kita naik wahana lain.” Ucap Jiyeon cepat lalu beranjak dari duduknya meninggalkan Yesung yang masih tersenyum. Kemudian ia berdiri dan berjalan di belakang Jiyeon masih tersenyum.
“Jiyeon-ah, tunggu aku,” Yesung mengikuti Jiyeon di belakang memepercepat langkahnya. Jiyeon tidak perduli dan masih tetap berjalan.
“Hei… kau malu ya? Hahahahaha.” Yesung mensejajarkan langkahnya kemudian merangkul Jiyeon.
Jantung Jiyeon berdetak kembali. Lalu ia menatap Yesung yang ditatap itu tersenyum sumringah.
“Siapa bilang aku malu?” Kemudian Jiyeon berjalan cepat meninggalkan Yesung yang berdiam sendiri sambil tertawa kecil.
“Jiyeon-ah, jamkkaman.” Yesung berjalan mengikuti Jiyeon kembali.
Tiba-tiba tangan Yesung di tarik oleh seseorang. Yesung langsung menoleh kepada orang yang menarik tangannya itu. Gadis itu tersenyum saat melihat Yesung memandangnya.
“Yuri-ah?” tanya Yesung sambil tersenyum ramah.
“Yesung-ah! Lama tidak berjumpa denganmu. Bogoshipeoyo!” Yuri langsung menarik Yesung ke dalam pelukannya. Yesung cukup kaget lalu ia juga kembali memeluk Yuri sambil menepuk-nepuk punggungnya.
Jiyeon berhenti sejenak merasa aneh karena tidak ada yang mengikutinya di belakang. Ia menoleh ke belakang, tidak ada Yesung di situ. Lalu ia menghembuskan nafasnya, kemudian berjalan balik arah untuk mencari Yesung.
Ia melihat sepasang orang sedang berpelukan dihadapannya. Ia cukup kaget setelah tau itu Yesung saat mereka melepas pelukannya sambil tersenyum satu sama lain.
Hatinya berdenyut. Kemudian ia berjalan perlahan mendekati Yesung.
“Kau sendirian?”
“Hmm.. ada namjachingu ku di sana, aku meninggalkannya membeli tiket. Kau sedang apa juga di sini?” Yuri berkata sambil menunjuk salah satu pria yang sedang mengantri di depan loket. Yesung manggut-manggu mengerti.
“Apa yang sedang kau lakukan di sini? Bukannya sekarang kau harusnya ada di Kanada?” tanya Yesung saat ia menatap Yuri kembali.
“Aku sedang liburan disini. By the way, Kau sendirian?” tanya nya Yuri seraya melihat sekeliling Yesung.
“Ah, tidak. Aku bersama….,” Yesung langsung menoleh mencari-cari seseorang. Dilihatnya Jiyeon sedang berjalan ke arahnya. Ia melambaikan tangannya padaJiyeon mengisyaratkan untuk mendekatinya.
“Kau kemana tadi?” tanya Yesung saat Jiyeon sudah berdiri di sampingnya.
“Seharusnya aku yang bertanya, kau yang kemana?” Jiyeon berkata sambil menatap Yesung dengan tatapan tajam. Yesung awalnya bingung dengan tatapan tajam Jiyeon itu. Tetapi ia lebih memilih untuk tidak mempertanyakannya.
“Yesung-ah, ini adik mu ya?” tanya Yuri tiba-tiba sontak membuat mereka menghadap Yuri. Yuri hanya menatap mereka dengan tatapan seakan tidak ada apa-apa.
“Ah, ani, bukan Yuri-ah…”
“Aku pergi dulu oppa. Annyeong.” Ucap Jiyeon, tadi ia sempat menundukkan lehernya ke hadapan Yuri sekilas sebelum berjalan pergi begitu saja. Yesung menggaruk kepalanya.
“Yuri-ah, aku juga pergi dulu ya.” Yesung langsung berjalan dengan cepat mengikuti Jiyeon di belakang.
Jiyeon mempercepat langkahnya saat ia menoleh tadi mendapati Yesung mengejarnya. Yesung mengejarnya sambil memanggil nama Jiyeon berkali-kali.
Jiyeon berlari cepat dan berhenti di salah satu loket wahana rumah hantu dan membelinya satu kemudian dengan cepat ia masuk ke dalamnya.
“Jiyeon-ah, aissh dia kenapa sih?” Yesung berhenti di depan loket itu lalu membeli tiketnya satu kemudian berjalan memasuki rumah hantu itu.
Saat memasuki rumah hantu hanya suasana gelap yang di dapatkan. Asap-asap menyeruak berhembus menampilkan efek menyeramkan. Ditambah lagi suara-suara menyeramkan terdengar. Yesung berjalan menyusuri rumah hantu.
“Jiyeon-ah, Jiyeon-ah, Jiyeon-ah..” panggilnya saat ia berjalan. Saat itu pula muncul tengkorak secara tiba-tiba di hadapan Yesung. Yesung kaget, lalu menepis tengkorak itu, kemudian ia berjalan kembali.
Ia memanggil Jiyeon berkali-kali di sela-sela ia bertemu hantu-hantu palsu yang menyerupai aslinya dan sangat menyeramkan. Berkali-kali juga ia menepisnya.
“AAAAAAAAAAAAA.” teriak seseorang. Suara seorang gadis. Firasat Yesung merasa bahwa itu adalah Jiyeon. Yesung langsung dengan cepat melompat melangkahi hantu sadako yang muncul dari dalam sumur.
“Jiyeon!” teriaknya lalu dengan cepat ia mengikuti instingnya untuk mencari Jiyeon di dalam rumah hantu.
Berkali-kali berbagai hantu muncul. Sepasang mata hantu muncul di hadapannya lalu mengejarnya, Yesung masih memanggil nama Jiyeon saat ia menoleh ke arah samping mendapati seorang zombie sedang menakut-nakuti Jiyeon. Jiyeon tampak sangat ketakutan berjongkok.
“Jiyeon-ah.”
“O-Oppa!” Jiyeon berjongkok ketakutan, ia menatap Yesung dengan ketakutan. Yesung menerobos zombie itu dan mendekati Jiyeon. Jiyeon langsung menggandeng lengan Yesung dengan cepat, ia sangat ketakutan sekali.
“Kau ini, sudah tau takut hantu. Kenapa kau masuk ke sini, hah?” Yesung mengomeli Jiyeon yang masih menggamit lengannya ketakutan.
“I-itu… ah sudahlah itu tidak penting! Ayo kita keluar sekarang aku takut sekali.” Rengek Jiyeon sambil mengencangkan gandengannya. Yesung kemudian berjalan diikuti Jiyeon yang menggandeng lengannya. Mereka melewati hantu tadi dengan cepat, terutama Jiyeon yang ketakutan.
Hantu zombie tadi mengikuti mereka dari belakang sambil mengeluarkan suara-suara aneh. Kemudian hantu sepasang mata muncul di hadapan mereka. Jiyeon berteriak histeris lalu memeluk Yesung.
“Hei, itu cuma buatan. Sudah ayo cepat, kita tidak akan bisa cepat keluar dari sini kalau kau masih memelukku.” Jiyeon melepaskan pelukannya. Lalu ia menatap hantu dihadapannya. Ia berteriak kembali. Yesung dengan sabar membawa Jiyeon keluar dari rumah hantu. Berkali-kali Jiyeon mengencangkan gandengannya di saat para hantu bermunculan.
Pada akhirnya mereka berhasil keluar dari rumah hantu. Di suasana siang menjelang sore yang agak berkabut wajah jiyeon tampak sangat pucat. Yesung kemudian tertawa.
“YA! Kenapa ketawa?”
Yesung masih saja tertawa memegang perutnya. Jiyeon memasang raut cemberut bercampur kesal menatap Yesung yang seperti itu. Ia berniat akan pergi lagi saat tangan Yesung menahan tangannya.
“Jangan pergi lagi. Aku capek mengejar mu. Ayo kita duduk di situ,” Ajak Yesung lalu menarik tangan Jiyeon untuk berjalan di sampingnya. Kemudian mendudukkan Jiyeon lalu ia pun duduk disampingnya.
Yesung masih menyisakan tawanya hal itu membuat Jiyeon cemberut kembali.
“Sekarang kita satu sama. Tadi aku yang pucat sekarang kau. Hahahha.”
“Aku akan pulang deh kalau oppa masih saja ketawa.” Ucap Jiyeon.
“Andwe, tetaplah di sini, kita jarang sekali kencan bukan?” Jiyeon menyetujuinya diam-diam dalam hati. Ia pun tidak jadi untuk berniat pulang.
“Jiyeon-ah, kenapa kau tadi pergi begitu saja hah?” tanya Yesung tiba-tiba. Jiyeon terdiam tanpa sepatah kata keluar dari dalam mulutnya.
“Jawab pertanyaan ku, chagi.” Jiyeon membelalakkan matanya kaget.
“Jangan panggil aku ‘chagi’, itu menggelikan!” ucap Jiyeon kesal.
“Habisnya kau tidak menjawab pertanyaan ku. Lagian aneh kan, kita sudah setahun berpacaran tetapi kau tidak mau ku panggil ‘chagi’, lalu kau juga tidak mau memanggil ku begitu.” Cerocos Yesung sukses membuat Jiyeon seperti mendapat skakmat dalam permainan catur. Ia merasa bersalah pada Yesung.
“Kalau begitu, kau pacaran dengan Yuri eonni saja biar bisa memanggil dan dipanggil ‘chagi’. Beres kan?” ucap Jiyeon tiba-tiba membuat dahi Yesung mengkerut.
“Kau ini kenapa sih? Kenapa tiba-tiba Yuri? Ah matta! Kau cemburu ya?”
Wajah Jiyeon merona merah tiba-tiba, ia mengibas-ibaskan tangannya perlahan, hal itu membuat Yesung tersenyum meledek.
“Kau cemburu kan? Ayo ngaku!”
“Tidak.”
“Cemburu.”
“Tidak.”
“Cemburu.”
“Tidak.”
“Cemburu.”
“Tidak aku bilang tidak ya tidak!” Jiyeon tampak kesal sampai-sampai mengibaskan tangannya ke samping dengan kesal.
“Iya kau cemburu! Ayo mengaku saja!” Yesung tersenyum meledek.
“Aku bilang tidak!” Jiyeon tampak kesal memandang Yesung.
“Mengaku saja. Cemburu kan?”
“Tidak, aku sudah bilang tidak.”
“Cemburu.”
“Tidak.”
“Cemburu.”
“Tidak.”
“Cemburu.”
“Iya! Aku cemburu!”
Yesung tersenyum penuh makna. Jiyeon langsung membuang muka dari Yesung, memandang ke orang-orang yang berlalu lalang.
“Akhirnya kau mengaku juga kan. Nah, sekarang beri tau aku kenapa kau pergi tadi begitu saja?”
Jiyeon masih terdiam tanpa merespon apa-apa. Ia kelihatan berpikir keras bingung untuk menjawab atau tidak. Yesung tersenyum meledek di balik Jiyeon yang sedang membuang muka. Yesung menyenggol siku Jiyeon berkali-kali. Jiyeon tetap saja tidak bergeming. Yesung masih menyenggol siku Jiyeon. Hingga akhirnya gadis itu menoleh ke arahnya dengan kesal.
“Yahhhh baiklah!” ucap Jiyeon karena sudah tidak tahan. Yesung tersenyum jahil sambil menunggu jawaban dari Jiyeon.
“Aku cemburu, kau puas? Aku cemburu karena melihat mu yang memeluknya, sedangkan kita saja tidak pernah  berpelukan. Ditambah lagi yeoja yang bernama Yuri itu mengira bahwa aku adik mu! Ya, aku lebih keliatan seperti adik mu di banding pacar mu. Lebih baik aku jadi adik sungguhan mu saja.” Jawab Jiyeon panjang lebar sambil mengatur nafasnya setelah berteriak di akhir perkataannya. Yesung terpana akan jawaban dari Jiyeon, sehingga ia terdiam menatap apa lagi yang akan dilakukan oleh Jiyeon. Tetapi Jiyeon malah terdiam lalu menunduk kemudian tampak ia mengusap-usap matanya.
Yesung mengangkat dagu Jiyeon untuk menghadapnya. Ia tersenyum lembut sembari mengusap air mata Jiyeon yang terjatuh dengan jempolnya. Jiyeon terperangah menatap Yesung yang masih mengusap air matanya.
“Aku suka kalau kau cemburu. Itu berarti kau juga memiliki perasaan yang sama seperti ku,” Yesung melepaskan tangannya dari dagunya. Jiyeon menatap Yesung dengan tatapan penuh tanya. Tatapannnya cukup membuat Yesung menjawab kebingungannya.
“Kau selama ini selalu bersikap acuh tak acuh terhadap ku. Tentang pelukan, tadi kita sudah pelukan di rumah hantu kan?” Jiyeon berpikir sejenak. Ia teringat kembali akan sikap refleksnya tadi.
“Itu kan aku refleks ketakutan. Tapi Oppa, Yuri eonni itu siapa? Kalian kelihatan sangat dekat sekali.” Tanya Jiyeon setelah agak tenang.
“Dia? Dia itu teman akrab ku saat kuliah dulu,” Jawab Yesung enteng lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Seharusnya tadi itu kau jangan lari begitu saja. Di perjelas dulu baru kau bisa tau, tapi ini kau malah langsung pergi begitu saja. Ekspresi mu juga tajam. Membuat ku bingung saja.” Ucap Yesung panjang lebar sembari mengingat perilaku Jiyeon tadi. Jiyeon merasa malu dan tersenyum tipis menatap Yesung.
“Iya Oppa. Aku tidak akan main lari lagi kok, sekarang kan semua nya sudah jelas.” Ucap Jiyeon membalas senyuman namjachingu nya saat menoleh ke arahnya.
“Jadi, jangan langsung main pergi saja kalau ada hal yang masih belum jelas. Nah, apakah kau semakin mencintai ku?” tanya Yesung tiba-tiba membuat jantung Jiyeon berdetak hebat.
“Apa-apaan sih?” Jiyeon tampak salah tingkah. Yesung mengulangi pertanyaan yang sama. Jiyeon masih saja malas untuk menjawabnya.
“Jawab chagi.” Panggilan ‘chagi’ itu dapat membuat jantung Jiyeon semakin berdetak lebih hebat.
“Oppa, sudah sore, ayo pulang saja. Huhhh panas sekali ya….” Jiyeon berdiri dan meninggalkan Yesung yang masih terduduk di bangku.
“Akhir november panas?” Yesung menggumam sambil menggeleng pelan lalu berlari mendekati Jiyeon sambil merangkulnya. Sontak Jiyeon terkejut mendapati Yesung sedang tersenyum hangat.

-0-0-0-0-

“Yuri-ah!” Panggil Yesung saat mereka –Yesung dan Jiyeon- melihat Yuri bersama seorang pria sedang berjalan tak jauh dari mereka menuju gerbang keluar Lotte World. Yuri menoleh ke belakang. Lalu ia tersenyum ramah sambil melambaikan tangannya.
Yesung menatap Jiyeon sekilas. Yang ditatap menampakkan ekspresi malas, tapi Yesung menarik tangan Jiyeon untuk mendekati Yuri.
“Hei Yesung dan adiknya!” ucap Yuri sambil tersenyum manis. Ia tampak sedang menggenggam tangan pria di sampingnya dengan mesra.  Hati Jiyeon mencelos ketika Yuri memanggilnya  seperti itu.
“Hmm… Yuri-ah. Perkenalkan ini Jiyeon, yeojachingu ku.” Ucap Yesung yang membuat Yuri seperti baru saja dikalahkan dalam permainan catur.
“Oh! Jiyeon, maafkan aku ya, aku tidak tau kalau ternyata kau yeojachingu Yesung.” Ucap Yuri sambil tersenyum kikuk.
“Ya, tidak apa-apa.” Ucap Jiyeon sambil tersenyum, ia mencoba untuk tidak merasa kesal dengan Yuri hanya karena dianggap adik Yesung. Mencoba untuk tidak marah pada Yuri adalah pilihan yang terbaik.
“Kau juga Yesung, bukan menjelaskan pada ku dengan baik-baik tapi tadi langsung kabur saja tadi.” Yuri meninju lengan Yesung kuat hingga ia meringis kesakitan. Mereka tertawa kecil hingga pria yang disamping Yuri ini berdehem dan membuatnya langsung menoleh dan menyadari satu hal.
“Ah, aku belum mengenalkannya pada kalian. Dia Kyuhyun, namjachingu ku.” Ucap Yuri tersenyum sumringah.
“Annyeonghaseyo, Kyuhyun imnida.” Ucap Kyuhyun seraya menundukkan lehernya singkat. Lalu disambut oleh mereka berdua. Mereka tersenyum satu sama lain sambil berkenalan. Jiyeon menyenggol-nyengol siku Yesung pelan.
“Yuri-ah, Kyuhyun-ssi. Kami pulang duluan ya, sudah sangat sore.” Ucap Yesung mengerti akan senggolan siku dari Jiyeon tadi. Mereka berdua mengangguk mengiyakan. Yesung dan Jiyeon langsung pergi.
Disaat mereka berjalan menuju parkiran, Jiyeon mulai menggandeng tangan Yesung. Yesung sontak menoleh ke arah Jiyeon. Ia hanya tersenyum manis saat Yesung menatapnya dengan bingung. Tapi karena tidak mau bertanya lebih banyak akhirnya mereka berjalan hingga sampai ke mobil.

-0-0-0-0-0-

Mobil milik Yesung sudah sampai di depan pagar rumah Jiyeon. Jiyeon tersenyum manis menatap Yesung lalu melepaskan sabuk pengamannya. Saat Jiyeon hampir membuka pintu mobil, Yesung menggenggam tangannya.
“Tunggu Jiyeon-ah,” Jiyeon langsung menoleh ke arah namjachingunya ini dengan tatapan bingung. “Atau ku panggil ‘chagi’ saja?”
“Mwohaneungoya?” ucap Jiyeon keras, jantungnya kembali berdetak tak karuan.
“Jadi, kau masih belum mau ku panggil ‘chagi’?”
Jiyeon masih terdiam, padahal di dalam hatinya ia tidak tega melihat Yesung yang selalu begitu. Tapi ia sangat malu bila Yesung memanggilnya ‘chagi’. Ia merasa malu saja.
“Baiklah terserah Oppa saja.” Ucap Jiyeon dengan malu. Yesung tersenyum sumringah. Jiyeon baru saja akan membuka pintu mobil kembali saat Yesung menggenggam tangannya lagi.
“Chagi, kau melupakan sesuatu.” Ucap Yesung tanpa melepaskan genggamannya tadi.
“Apa?”
Yesung menunjuk pipinya sambil tersenyum. Jiyeon menelan salivanya, karena dirinya tiba-tiba gugup. Pikirannya kalut kembali. Jiyeon tampak berpikir dan memutuskan untuk setuju saja.
Ia mendekatkan wajahnya pada Yesung. Ia mengecup pipinya lembut. Di sisi lain, jantung Yesung berdetak tak karuan. Ia pun tersenyum manis. Jiyeon melepaskan kecupannya sambil tersenyum canggung.
“Sudah ya Oppa, aku pulang dulu.” Jiyeon membuka pintu mobilnya tapi Yesung membalikkan wajahnya menghadap dirinya kembali. Yesung mengecup dahi Jiyeon dengan cepat membuat Jiyeon membelalakkan matanya kaget. Lalu ia menyentuh dahinya. Jantungnya berdetak di atas normal, menandakan bahwa ia sangat gugup dan malu.
“Oppa!” ucap Jiyeon setengah berteriak. Yesung hanya tersenyum jahil yang disambut ekspresi lucu dari Jiyeon.
-
Cinta dan Cemburu…
Dua hal yang sama-sama menyiratkan rasa menyukai terhadap seseorang…
-
END
-=-=-=-=

Cuap2 author: Ige mwoya? Aigoooo…. Tulisan acakadut, ceritanya juga, judulnya juga rada ga nyambung sama isi >////<  Huwaaah sungguh jelek bukan? Maka dari itu mohon bantuannya untuk di beri kritik dan saran. Jangan lupa RCL setelah membaca juga… Oh ya, ini aku coba2 aj pngen bikin ff nih couple soalnya kan lagi di gosipin ya, jadinya beginilah.
Akhir kata: thanks a lot dan wassalam ^0^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar